Puisi

title

Arah Yang Menuju


Penulis: Unis Sagena | Posting: 10 Agustus 2021


berulang kali sehari

munajatmu tentang sebuah jalan yang lurus

menengadah

minta diingatkan 


Tetapi, Kekasih betapa nisbi

disimpan dalam lipatan sajadah

bilik tidur yang gulita

laci-laci beku 

sembunyikan nama-Nya

dipungut hujan, sesekali 


telah lapuk kisah-kisah

tentang sungai yang mengalir di bawahnya,

pokok yang rindang,

bidadari bermata jeli,

cawan yang penuh,

dan dipan-dipan yang ditinggikan 


itu jalan yang kau pinta

namun, arah mana yang kau tuju? 


* Ramadhan, 24 Juli 2012

------------------------------------------------


Ekstase Jiwa


Ada yang berlari melintasi Basrah

Dengan baldi dan suluh menyala di tangannya

Hei, apa yang kau lakukan? 


"Ingin kupadamkan api di neraka,

dan mengobarkan api di surga

Agar bersimpuh semata untuk cinta-Nya" 


Benarkah itu engkau, Rabi'ah?

Tertatih dengan luka di tapakmu

dan darah mengucur di jejarimu 


"Ini manis, serupa madu,"ujarmu 


Mengapa, Rabi'ah?

Deritamu begitu rupa demi Kekasih

Kau campak dunia,

dan segala yang melekat padanya 


Kau cerahkan Maryam dari Basrah

Yang tenggelam dalam ekstase

Menepi di pertemuan zikir

Merindu tiada putus

Meratap, tersedu hingga buta 


Seperti Bahriyyah,

Perempuan menyingkap selubung 

Pun Rihanna yang gila kerana cinta

Mabuk dalam jiwa yang kepayang 


Tiadalah hasrat, kecuali bagi Kekasih

Hingga yang lain,

hanyalah hampa


Kota Tepian, 20 Januari 2019


#menjelang diskusi buku Anne Marie Schimmel

------------------------------------------------


Tandu Rindu

: Rita Bulan 


Wahai Bulan yang diamuk rindu,

Mengapa puisimu semata sendu?

Padahal, pendar kulihat di matamu

Kala pertama kita bertemu

Di pekat malam ketika itu 


Aduhai Bulan yang dimabuk rindu,

Mengapa puisimu suram begitu?

Padahal, cintamu bukannya lugu

Ia akan menjadi debu

Jika hanya menunggu

Apatah lagi meragu dan tergagu 


Bagiku,

Puisi-puisimu serupa tandu

Yang membawa jiwamu ke rantau

Untuk mencari kekasihmu

Bagai Sassi, Sohni, dan Marui dalam cerita Urdu

Yang rela  terbakar hingga jadi abu

Demi kasihnya yang satu 


Engkau Bulan kepalang rindu,

Meminta pesan dan kesan dariku

Tentang bukumu yang penuh kelabu

Mari sini, kubisikkan sesuatu dalam kelambu:

Bahawa cinta tlah membuatmu sakau

Sekaligus memukau 


Jika kau terus begitu

Merayau dalam deru

Kau pasti menahan ngilu

Hei, perlukah kukirimkan buluh perindu? 



UNIS SAGENA. Dosen FISIP Universitas Mulawarman Samarinda. Sesekali menulis puisi dan memoar kalau lagi suntuk mengajar dan meneliti. Tulisan-tulisannya dimuat dalam puluhan buku antologi, terbit di dalam dan luar negeri.


Photo by Afiq Fatah-unsplash

Share:
Puisi Lainnya