berulang kali sehari
munajatmu tentang sebuah jalan yang lurus
menengadah
minta diingatkan
Tetapi, Kekasih betapa nisbi
disimpan dalam lipatan sajadah
bilik tidur yang gulita
laci-laci beku
sembunyikan nama-Nya
dipungut hujan, sesekali
telah lapuk kisah-kisah
tentang sungai yang mengalir di bawahnya,
pokok yang rindang,
bidadari bermata jeli,
cawan yang penuh,
dan dipan-dipan yang ditinggikan
itu jalan yang kau pinta
namun, arah mana yang kau tuju?
* Ramadhan, 24 Juli 2012
------------------------------------------------
Ekstase Jiwa
Ada yang berlari melintasi Basrah
Dengan baldi dan suluh menyala di tangannya
Hei, apa yang kau lakukan?
"Ingin kupadamkan api di neraka,
dan mengobarkan api di surga
Agar bersimpuh semata untuk cinta-Nya"
Benarkah itu engkau, Rabi'ah?
Tertatih dengan luka di tapakmu
dan darah mengucur di jejarimu
"Ini manis, serupa madu,"ujarmu
Mengapa, Rabi'ah?
Deritamu begitu rupa demi Kekasih
Kau campak dunia,
dan segala yang melekat padanya
Kau cerahkan Maryam dari Basrah
Yang tenggelam dalam ekstase
Menepi di pertemuan zikir
Merindu tiada putus
Meratap, tersedu hingga buta
Seperti Bahriyyah,
Perempuan menyingkap selubung
Pun Rihanna yang gila kerana cinta
Mabuk dalam jiwa yang kepayang
Tiadalah hasrat, kecuali bagi Kekasih
Hingga yang lain,
hanyalah hampa
Kota Tepian, 20 Januari 2019
#menjelang diskusi buku Anne Marie Schimmel
------------------------------------------------
Tandu Rindu
: Rita Bulan
Wahai Bulan yang diamuk rindu,
Mengapa puisimu semata sendu?
Padahal, pendar kulihat di matamu
Kala pertama kita bertemu
Di pekat malam ketika itu
Aduhai Bulan yang dimabuk rindu,
Mengapa puisimu suram begitu?
Padahal, cintamu bukannya lugu
Ia akan menjadi debu
Jika hanya menunggu
Apatah lagi meragu dan tergagu
Bagiku,
Puisi-puisimu serupa tandu
Yang membawa jiwamu ke rantau
Untuk mencari kekasihmu
Bagai Sassi, Sohni, dan Marui dalam cerita Urdu
Yang rela terbakar hingga jadi abu
Demi kasihnya yang satu
Engkau Bulan kepalang rindu,
Meminta pesan dan kesan dariku
Tentang bukumu yang penuh kelabu
Mari sini, kubisikkan sesuatu dalam kelambu:
Bahawa cinta tlah membuatmu sakau
Sekaligus memukau
Jika kau terus begitu
Merayau dalam deru
Kau pasti menahan ngilu
Hei, perlukah kukirimkan buluh perindu?
UNIS SAGENA. Dosen FISIP Universitas Mulawarman Samarinda. Sesekali menulis puisi dan memoar kalau lagi suntuk mengajar dan meneliti. Tulisan-tulisannya dimuat dalam puluhan buku antologi, terbit di dalam dan luar negeri.
Photo by Afiq Fatah-unsplash