hati yang tidak berbentuk
tapi yang merasa remuk
hati yang remuk tidak berbentuk
mencari wadah yang nyata
di dalam raga dan jiwa
raga jadi terkulai
dan jiwa menjadi layu
betapa getirnya hidup
kering...
hampa...
mungkin saja
tak ada tempat untuk berpegang
waspadalah,
bujuk rayuan iblis selalu menggoda
pada hati yang remuk kering dan hampa
Samarinda, 18-3-1979
------------------------------------------------
Lautan Indonesia
laut biru
dulu mengantar leluhur menjelajah dunia
kini kami melacak jejakmu
hayo kawan
mari gelorakan semangat kelautan
mari kuasai teknologi bahari
hayo pemuda
gali kekayaan dalam lautan
hari depan Indonesia pasti jaya
Surabaya/Bandara Juanda, 21-8-1986
------------------------------------------------
Bunga Cinta
bunga, kau di mana
aku merindukan wajahmu
kucari kau dalam renungan batinku
tapi tak jua kuketemu
bunga, bersemilah
aku menantikan dirimu
di manakah kita akan berjumpa
bunga sayangku. oh, hatiku
bunga, kau menjelma
bersenyawa dalam sukmaku
bunga, rangkullah daku kasihmu
aku bertemu, oh cintaku
Balikpapan, 4-11-1981
------------------------------------------------
BADARUDDIN HAMIDY. Lahir di Tenggarong, Kabupaten Kutai, 19 Maret 1934. Ayahnya, Abdul Hamid, berasal dari Amuntai, Kalimantan Selatan. Sedangkan ibunya, Maimunah, berasal dan Gowa, Sulawesi Selatan. Setelah lulus SMA Kristen di Yogyakarta dan Malang tahun 1955, dia melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (1957). Ia juga kuliah di Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) Malang (1967) dan Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) Jakarta (1971).
Buku kumpulan puisi pertamanya Perjalanan Batin yang dilanjutkan dengan sejumlah buku lainnya. Dalam menulis karya sastra ia sering menggunakan nama samaran Bihady Arss. Selain mendalami sastra, ia juga menekuni filsafat dan kemudian bergabung dengan perkumpulan filsuf Islam yang berpusat di Kairo, Mesir.
Photo by Danie Franco/Unsplash