Kabar

title

Bedah Buku Antologi Kritik Sastra


Tanggal: 18 November 2021
Waktu: 11:30
Tempat: Jakarta

Setelah lama tak muncul, ulasan kritik sastra yang sistematis dalam sebuah buku hadir. Buku yang diterbitkan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa itu yaitu “Antologi Kritik Sastra: Teks, Pengarang, dan Masyarakat, Sayembara Kritik Sastra”. Buku ini dibedah di Hotel Sultan, Jakarta Selatan, Rabu (17/11/2021).

Buku Antologi Kritik Sastra yang dibedah tersebut memuat 20 naskah karya terpilih, termasuk tiga naskah pemenang Sayembara Kritik Sastra 2020 yang diselenggarakan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Buku antologi ini diharapkan dapat menjadi rujukan dan bahan bacaan tentang kritik sastra Indonesia terkini.

Pembahas dalam bedah buku antologi ini adalah pegiat budaya yang juga editor harian Kompas, Putu Fajar Arcana, dan peneliti sastra lisan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa serta Muhammad Novianto, salah satu kritikus sastra yang naskahnya masuk dalam 20 tulisan antologi ini.

Acara ini, diikuti langsung para guru, pengurus taman bacaan masyarakat, pegiat seni dan budaya. Sedangkan melalui zoom, peserta lebih banyak lagi karena datang dari berbagai wilayah di Tanah Air.

Putu Fajar Arcana mengapresiasi terbitnya buku antologi kritik sastra ini. Menurutnya, sudah lama buku tentang kritik sastra tak ada. Bahkan ketika diminta menjadi juri, dirinya bertanya dalam hati, ”apakah masih ada kritik sastra. “Karena jujur saja, ranah ini makin ditinggalkan. Hal ini diperparah dengan matinya majalah sastra tahun 1980-an dan 1990-an, Horizon. Akibatnya, krtik sastra tak punya tempat,” ungkapnya.

Bli Can, sapaan Putu, mengatakan, dari sisi naskah yang dibaca dan kemudian disaring menjadi 20 naskah terbaik, semuanya sudah mengarah ke bentuk penulisan sastra. “Saya kagum, karena 20 tulisan yang akhirnya terangkum dalam antologi kritik ini, menulis kritiknya sudah seperti karya sastra itu sendiri. Sebaliknya tak menggunakan istilah atau bahasa ilmiah yang biasa digunakan untuk jurnal,” katanya.

Apresiasi juga disampaikan peneliti sastra lisan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Sasti Sunarti. Menurutnya, sayembara kritik sastra ini sangat penting, karena ruang untuk kritik sastra sangat terbatas. Dia menyimpulkan, berdasarkan objek kajian, kritik sastra ini meliputi situasi sastra dan kebudayaan Indonesia saat ini. Misalnya sastra lisan, sastra manuskrip, satra anak, sastra peranakan, sastra perjalanan, dan sastra mutakhir.

Sedangkan Muhammad Novinato, yang merupakan pegiat sastra dan budaya di Komunitas Vanderwijck menceritakan bagaimana proses dirinya mengikuti sayembara kritik sastra ini. “Saya beruntung karena sebelum menulis kritik, panitia memberikan kesempatan kami mengikuti semacam workshop selama tiga kali oleh pemateri yang andal dalam hal kritik sastra,” katanya. (tribunnews.com)


Foto: Tribunnews.com

Share: