Kabar

title

Syafruddin Pernyata dan Sunaryo Broto: Dua Sastrawan Kaltim Penerima Penghargaan Kemendikbudristek


Tanggal: 21 Juni 2024
Waktu: 00:18
Tempat: Samarinda



Dua sastrawan dari Kalimantan Timur, Syafruddin Pernyata dan Sunaryo Broto,  meraih penghargaan sastra dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan, Riset, dan Teknologi. Keduanya meraih penghargaan sebagai sastrawan yang telah berkiprah selama 40 tahun.

Syafruddin Pernyata
Lahir di Loa Tebu, Tenggarong pada tanggal 28 Agustus 1958, Syafruddin Penyata tinggal di Samarinda, Kalimantan Timur. Mulai berkegiatan menulis sejak tahun 1975, sebagai pemimpin redaksi di sekolahnya. Lulusan Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada FKIP Universitas Mulawarman dan Pascasarjana Bandung ini mempunyai nama samaran, yaitu Fitri dan Espe, yang sering digunakan dalam karya-karyanya. “Cinta Pertama” merupakan cerpen pertama yang dimuat di media cetak, yaitu di Majalah Detektif dan Romantika. Selanjutnya, antara tahun 1978 sampai dengan  1992, karya-karya sastranya dimuat di berbagai media massa, seperti Anita Cemerlang , Aneka, Gadis, dan Kaltim Post, dan sebagainya. Karya sastra Syafruddin Pernyata berupa cerpen, puisi, dan novel. Puisinya yang berjudul “Menggapai Bintang-Bintang di Langit” sebagai pemenang pertama ;omba menulis puisi dalam, rangka Hari Pahlawan (1977). Cerpen “Surat Juang untuk Yeni” meraih pemenang pertama dalam lomba menulis cerpen dalam rangka peringatan Hari Pahlawan (1988).
Perjalanan kariernya  sebagai birokrat, tidak menyurutkan langkahnya sebagai seorang sastrawan. Karya-karyanya diterbitkan dalam antologi Merobek Sepi (Dewan Kesenian Samarinda) dan Secuil Bulan di Atas Mahakam (Dewan Kesenian Daerah Kalmantan Timur). Karya tunggalnya dalm bentuk buku, antara lain yaitu Kumpulan Cerpen Harga Diri, Novel Aku Mencintaimu Shanyuan,  Zulaiha (Novel), Awan (Novel), Lelaki Kampong Air (novel), Aku Bulan Kamu Senja (novel), Ratih Tanpa Samartphone (novel), Digdaya (novel), Summa Cumlaude (Kumpulan cerpen). Karya puisi dan cerpennya dimuat dalam buku Ensiklopedia Sastra Kaltim, Kalimantan dalam Prosa Indonesia, Kalimantan dalam Puisi Indonesia, Kalimantan Timur dalam Sastra Indonesia dan Kalimantan Timur dalam Cerpen Indonesia. Kedua buku tersebut dieditori oleh Korrie Layun Rampan. Kini, selain sebagai sastrawan, Syafruddin Pernyata aktif dalam gerakan literasi di berbagai organisasi di Kalimantan Timur.
 
 

Sunaryo Broto
Sunaryo Broto, lahir di Karanganyar, Solo, 7 April 1965. Lulusan Teknik Kimia, UGM dan Program Magister Manajemen, Universitas Mulawarman yang tinggal di Bontang, Kalimantan Timur  ini,  sejak mahasiswa sudah aktif di dunia kepenulisan, di antaranya menjadi pengurus majalah mahasiswa UGM, Balairung serta mendirikan majalah mahasiswa Teknik Kimia UGM, Entropi. Perjalanan karirnya sebagai di sebuah perusahaan, tidak menyurutkannya untuk menulis karya sastra.

Sunaryo Broto pernah mendapat penghargaan sebagai juara 2 dalam Lomba Penulisan Outobiografi Pelaku Sastra di Kaltim dan Kaltara. Karya-karya sastranya antara lain, Tentang Waktu (kumpulan puisi), Pertemuan di Kebun Raya (kumpulan cerpen), Keringat Lelaki Tua (kumpulan cerpen), Perjumpaan di Candi Prambanan, (kumpulan cerpen), Puisi dan Pandemi, (kumpulan puisi, Cerita Cinta di Chengdu, novel, 2021 dan terbit lagi tahun 2022. Karya puisi dan cerpennya dimuat dalam buku Ensiklopedia Sastra Kaltim, Kalimantan dalam Prosa Indonesia, Kalimantan dalam Puisi Indonesia, Kalimantan Timur dalam Sastra Indonesia dan Kalimantan Timur dalam Cerpen Indonesia. Kedua buku tersebut dieditori oleh Korrie Layun Rampan. Bukunya kumpulan cerpen, Perjumpaan di Candi Prambanan mendapat penghargaan Prosa Unggulan tahun 2021 dari Kantor Bahasa Kaltim. Sunaryo Broto aktif pula pada bidang literasi di Bontang, Kalimantan Timur. Beberapa artikel, cerpen, puisinya, foto pernah dimuat di media massa, seperti Suara Kaltim, Republika, dan Kaltim Post, Bontang Post, Tribun Kaltim.

 


Dua sastrawan Kaltim ini mendapatkan penghargaan bersama dengan 56 sastrawan senior lain se-Indonesia, seperti Ahmad Tohari, Gus Tf, Iberamsyah Barbary, Mustofa W. Hasyim, Taufik Ismail.
Pemberian penghargaan ini berada dalam payung kegiatan Bantuan Pemerintah Bidang Kebahasaan dan Kesastraan: Penguatan Komunitas Sastra 2024 yang ditaja oleh Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Jakarta. Selain memberikan penghargaan kepada para sastrawan senior (dengan masa bakti 40 dan 50 tahun berkarya), kegiatan ini juga memberikan fasilitasi pendanaan kepada berbagai komunitas sastra di Indonesia. (Diyan Kurniawati)

Share: