Esai

title

Literasi Budaya Tingkilan dalam Membangun Keberaksaraan


Penulis: Tri Widayati | Posting: 27 Juli 2021

Literasi budaya salah satu keterampilan literasi yang penting dimiliki di abad 21.  Kemampuan untuk memahami keberagaman budaya menjadi tanggung jawab seluruh komponen bangsa. Oleh karena itu, literasi budaya menjadi penting diberikan di tingkat keluarga, sekolah, dan masyarakat. Literasi ini menyelamatkan dan mengembangkan budaya nasional.  Literasi budaya akan membangun identitas bangsa di tengah masyarakat global. 

Desmond (2011) dalam http:culturalliteracytutorial.Blogspot.co.id mengemukakan bahwa literasi budaya merupakan pengetahuan seseorang tentang sejarah, kontribusi, dan perspektif terhadap budaya lain yang berbeda (termasuk budaya sendiri) yang digunakan dalam aktivitas membaca dan menulis. Keberaksaraan menjadi medium dalam pengembangan literasi budaya tingkilan ini. 

Keaksaraan dan budaya bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Keaksaraan berperan dalam pembentukan kebudayaan dan keaksaraan dibentuk oleh kebudayaan. Karena itu, pendidikan keaksaraan memiliki potensi untuk pengembangan literasi budaya masyarakat.  

Tingkilan salah satu budaya tradisional yang masih hidup dan berkembang dalam masyarakat Kalimantan Timur. Tingkilan merupakan bentuk komunikasi dengan cara bernyanyi yang berisi tentang kritik, teguran, saran, maupun sapaan yang diiringi oleh musik gambus. Lagu tingkilan dapat berupa pantun, syair, dan lirik yang bentuknya bebas atau modern. 

Pantun dalam tingkilan terdiri dari empat baris dan bersajak dua-dua dalam setiap bait. Syair dalam tingkilan juga terdiri dari empat baris yang tidak dibedakan antara sampiran dan isi. Lirik lagu tingkilan bersifat bebas, tidak terpaku pada bentuk pantun dan syair, tetapi mengalir apa adanya tergantung pesan yang ingin disampaikan. 

Biasanya lagu tingkilan bertema cinta kasih, namun seiring perkembangan zaman, temanya berkembang menjadi tentang alam, kehidupan sosial masyarakat, dan religi. Tingkilan merupakan warisan budaya yang turun temurun dan menjadi aset dalam pengembangan berkesenian dan pengembangan sumber daya manusia.

Tingkat keterlibatan peserta didik pendidikan keakasaraan (sebagai bagian dari masyarakat) merupakan salah satu indikator adanya literasi budaya (Kemdikbud,2017). Pembelajaran budaya tingkilan dalam pendidikan keaksaraan memberikan kontribusi dalam pencapaian indikator tersebut. Penyelenggara pendidikan keaksaraan dapat berkolaborasi dengan para seniman tingkilan atau sanggar budaya tingkilan di lingkunganya dalam membelajarkan budaya ini.

Seniman tingkilan masuk kelompok-kelompok belajar pendidikan keaksaraan, menjadi tutor dalam kegiatan pembelajaran. Kerja sama dirancang dari persiapan dan pelaksanaan pembelajaran serta pementasan hasil belajarnya. Kerja sama juga menyangkut penggunaan alat-alat bermusik yang dimiliki oleh seniman atau sanggar budaya tingkilan, sehingga peserta pendidikan keaksaraan dapat belajar memainkan alat musik secara langsung. 

Pelaksanaan pembelajaran dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: (1) konfirmasi tema lagu tingkilan; (2) calistung (membaca, menulis, berhitung dan komunikasi) dengan materi budaya tingkilan; (3) recalling lagu dan musik serta (4) aksi bersama. 

Konfirmasi tema lagu adalah kegiatan untuk menghadirkan cerita dalam lagu tingkilan ada dalam kehidupan sehari-hari peserta didik keaksaraan. Konfirmasi tema dapat dilakukan dengan memperdengarkan lagu tingkilan dan menceritakan makna kandungan cerita dalam lagu. Misal, peserta didik keaksaraan bersama tutor mendengarkan lagu Burung Pipit di YouTube, dan tutor menyampaikan kandungan makna dan cerita dari lagu tersebut. 

Berikut adalah cuplikan lirik dari lagu Burung Pipit: “Burung pipit…Burung pipit di pehumaan…behinggap….behinggap di tangkai padi.  Mun di buru…Mun di buru lari jua….dijerat dengan tali…ditebak dengan batu…dik lawas datang pulang.  Tahap konfirmasi menjadi pintu awal yang menyenangkan bagi peserta didik untuk mempelajari lebih lanjut. 

Kegiatan membaca, menulis, dan berhitung dilakukan tidak terpisah dengan kegiatan bernyanyi dan bermusik. Interaksi dan diskusi dalam pembelajaran akan mengasah kemampuan komunikasi peserta didik. Tutor (seniman) membelajarkan cara bernyanyi dan bermain musik gambus secara bertahap dan disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang tertuang di rencana pelaksanaan pembelajaran. 

Recalling dilakukan di akhir pembelajaran. Tutor meminta peserta didik untuk menyanyikan lagu tingkilan dan bermain musik yang baru saja dipelajari. Kegiatan recalling ini membantu peserta didik belajar dan mengasah keberanian mengekspresikan kemampuan yang sudah dikuasainya. 

Kegiatan aksi bersama merupakan kegiatan mempresentasikan hasil belajar budaya tingkilan peserta. Peserta didik menampilkan keterampilannya dalam menyanyi dan bermusik. Kegiatan aksi bersama ini bisa digabungkan dengan kegiatan lain yang ada di masyarakat. Misalnya, kegiatan pentas seni dalam rangka hari kemerdekaan atau acara hiburan dalam pesta hajatan di lingkungan peserta didik. 

Tujuan kegiatan aksi bersama adalah menguatkan keberaksaraan dan literasi budaya tingkilan yang sudah dimiliki serta memberdayakan peserta didik dalam berkesenian. Apresiasi masyarakat dalam kegiatan aksi bersama akan meningkatkan motivasi peserta didik keaksaraan dalam pengembangan literasi budaya, khususnya budaya tingkilan. (sumber: kaltim post)    


TRI WIDAYATI. Widyaprada Balai Pengembangan (BP) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan Masyarakat (Dikmas) Kalimantan Timur

-------------------------------------------------------

foto: budaya-indonesia.org

Share:
Esai Lainnya