waktu aku berjalan ke barat di waktu pagi matahari mengikutiku di belakang
aku berjalan mengikuti bayang-bayangku sendiri yang memanjang di depan
aku dan matahari tidak bertengkar tentang siapa di antara kami
yang telah menciptakan bayang-bayang
aku dan bayang-bayang tidak bertengkar tentang siapa di antara
kami yang harus berjalan di depan
------------------------------------------------
Kita Saksikan
kita saksikan burung-burung lintas di udara
kita saksikan awan-awan kecil di langit utara
waktu itu cuaca pun senyap seketika
sudah sejak lama, sejak lama kita tak mengenalnya
di antara hari buruk dan dunia maya
kita pun kembali mengenalnya
kumandang kekal, percakapan tanpa kata-kata
saat-saat yang lama hilang dalam igauan manusia
------------------------------------------------
Sajak Putih
beribu saat dalam kenangan
surut perlahan
kita dengarkan bumi menerima tanpa mengaduh
sewaktu detik pun jatuh
kita dengar bumi yang tua dalam setia
Kasih tanpa suara
sewaktu bayang-bayang kita memanjang
mengabur batas ruang
kita pun bisu tersekat dalam pesona
sewaktu ia pun memanggil-manggil
sewaktu Kata membuat kita begitu terpencil
di luar cuaca
------------------------------------------------
Percakapan Malam Hujan
Hujan, yang mengenakan mantel, sepatu panjang, dan payung
berdiri di samping tiang listrik.
Katanya kepada lampu jalan, Tutup matamu dan tidurlah. Biar
kujaga malam
Kau hujan memang suka serba kelam serba gaib serba suara
desah asalmu dari laut, langit, dan bumi kembalilah, jangan
menggodaku tidur. Aku sahabat manusia. Ia suka terang
------------------------------------------------
Hujan Dalam Komposisi, 1
Apakah yang kautangkap dari swara hujan,
dari daun-daun bugenvil basah yang teratur
mengetuk jendela? Apakah yang kautangkap
dari bau tanah, dari ricik air
yang turun di selokan?
Ia membayangkan hubungan gaib antara tanah
dan hujan, membayangkan rahasia daun basah
serta ketukan yang berulang.
Tidak ada. Kecuali bayang-bayangmu sendiri
yang di balik pintu memimpikan ketukan itu,
memimpikan sapa pinggir hujan, memimpikan
bisik yang membersit dari titik air
menggelincir dari daun dekat jendela itu.
Atau memimpikan semacam suku kata
yang akan mengantarmu tidur
Barangkali sudah terlalu sering ia
mendengarnya, dan tak lagi mengenalnya.
------------------------------------------------
Hujan Dalam Komposisi, 2
Apakah yang kita harapkan dari hujan? Mula-mula
ia di udara tinggi, ringan dan bebas lalu
mengkristal dalam dingin kemudian melayang
jatuh ketika tercium bau bumi dan menimpa
pohon jambu itu, tergelincir dari daun-daun,
melenting di atas genting, tumpah di pekarangan
rumah, dan kembali ke bumi.
Apakah yang kita harapkan? Hujan juga jatuh di
jalan yang panjang, menyusurnya, dan tergelincir
masuk selokan kecil, mericik swaranya,
menyusur selokan, terus mericik sejak sore,
mericik juga di malam gelap ini, bercakap
tentang lautan.
Apakah? Mungkin ada juga hujan yang jatuh di
lautan. Selamat malam.
------------------------------------------------
Hujan Dalam Komposisi, 3
dan tik-tok jam itu kita indera kembali akhirnya:
terpisah dari hujan
------------------------------------------------
Pohon Belimbing
Sore ini kita berpapasan dengan pohon belimbing wuluh
yang kita tanam di halaman rumah kita beberapa tahun yang
lalu, ia sedang berjalan-jalan sendirian di trotoar. Jangan
kausapa, nanti ia bangun dari tidurnya.
Kau pernah bilang ia tidak begitu nyaman sebenarnya
di pekarangan kita yang tak terurus dengan baik, juga karena
konon ia tidak disukai rumput di sekitarnya yang bosan
menerima buahnya berjatuhan dan membusuk karena kau
jarang memetiknya. Kau, kan, yang tak suka sayur asem?
Aku paham, cinta kita telah kausayur selama ini tanpa
belimbing wuluh Demi kamu, tau! Yang tak bisa kupahami
adalah kenapa kau melarangku menyapa pohon itu ketika
ia berpapasan dengan kita di jalan. Yang tak akan mungkin
bisa kupahami adalah kenapa kau tega membiarkan pohon
belimbing wuluh itu berjalan dalam tidur?
Kau, kan, yang pernah bilang bahwa pohon itu akan jadi
tua juga akhirnya?
------------------------------------------------
Tentang Tuhan
Pada pagi hari Tuhan tidak pernah seperti terkejut dan
bersabda, Hari baru lagi! Ia senantiasa berkeliling merawat
segenap ciptaan-Nya dengan sangat cermat dan hati-hati tanpa
memperhitungkan hari.
Ia, seperti yang pernah kaukatakan, tidak seperti kita
sama sekali.
Tuhan merawat segala yang kita kenal dan juga yang tidak
kita kenal dan juga yang tidak akan pernah bisa kita kenal.
------------------------------------------------
Sudah Lama Aku Belajar
(1)
sudah lama aku belajar memahami
apa pun yang terdengar di sekitarku,
sudah lama belajar menghayati
apa pun yang terlihat di sekelilingku,
sudah lama belajar menerima
apa pun yang kauberikan
tanpa pernah bertanya apa ini apa itu,
sudah sangat lama belajar mengagumi matahari
ketika tenggelam di tepi danau belakang rumahku,
sudah sangat lama belajar bertanya
kepada diri sendiri
mengapa kau selalu memandangku begitu.
(2)
Ia menyaksikanmu memutar
kunci pintu rumahmu,
masuk, dan menutupnya kembali.
(3)
Kalau pada suatu hari nanti
kau mengetuk pintu
tak tahu apa aku masih sempat mendengarnya.
------------------------------------------------
Kenangan
(1)
ia meletakkan kenangannya
dengan sangat hati-hati
di laci meja dan menguncinya
memasukkan anak kunci ke saku celana
sebelum berangkat ke sebuah kota
yang sudah sangat lama hapus
dari peta yang pernah digambarnya
pada suatu musim layang-layang
(2)
tak didengarnya lagi
suara air mulai mendidih
di laci yang rapat terkunci
(3)
ia telah meletakkan hidupnya
di antara tanda petik
------------------------------------------------
Pada Suatu Magrib
Susah benar menyeberang jalan di Jakarta ini
hari hampir magrib, hujan membuat segalanya tak tertib.
Dan dalam usia yang hampir enam puluh ini,
Astagfirullah! Rasanya di mana-mana ajal mengintip
------------------------------------------------
Pertanyaan Kerikil yang Goblok
Kenapa aku berada di sini?
tanya kerikil yang goblok itu. Ia baru saja
dilontarkan dari ketapel seorang anak lelaki,
merontokkan beberapa lembar daun mangga,
menyerempet ujung ekor balam yang terperanjat,
dan sejenak membuat lengkungan yang indah
di udara, lalu jatuh di jalan raya
tepat ketika ada truk lewat di sana.
Kini ia terjepit di sela-sela kembang ban
dan malah bertanya kenapa
ada saatnya nanti, entah kapan dan di mana,
ia dicungkil oleh si kenek sambil berkata,
Mengganggu saja!
------------------------------------------------
SAPARDI DJOKO DAMONO. Sastrawan Indonesia terkemuka. Ia kerap dipanggil dengan singkatan namanya, SDD. Ia adalah putra pertama pasangan Sadyoko dan Saparian. Sapardi dikenal melalui berbagai puisinya mengenai hal-hal sederhana namun penuh makna kehidupan, sehingga beberapa di antaranya sangat populer, baik di kalangan sastrawan maupun khalayak umum. Dalam dunia kesastraan Indonesia, Sapardi kerap dipandang sebagai sastrawan angkatan 1970.
Sumber : Penyair Terkenal