seekor ketam berlayar dari ombak ke ombak
memintal kenangan
di antara timbunan mimpi memabukkan dan cahaya
kecoklatan
apa yang lebih bermakna
kecuali serpihan masa silam?
berlabuh di bibir senja
sesudah bertualang dari kenangan ke kenangan
tergenggam ketentraman menuju rumah beralamatkan
temaram.
2005
------------------------------------------------
Surat Ungu
suatu masa
kau memunguti angin jahat sepotong demi sepotong
dan melarungkan mimpi-mimpiku ke laut lepas, setelah
kita berjalan
di antara nyanyian dan gelisah pepohonan.
kemudian kau lari sekencang-kencangnya seperti seekor
ketam luka.
aku kini mengirimmu surat ungu berisikan bayang bulan
agar kau menyibak seluruh damba yang tertunda
dilabuhkan
dan mereguk deretan sunyi di darahku
karna tak ada damba tersia-sia
tak ada sunyi terusir
di kamarku:
kecemasan berpendar mengikuti jarum jam entah berapa
Januari, telepon tak lagi berfungsi, tumpukan harap tercekik, buah
apel membusuk, cericit cicak kehilangan makna, langit-langit
menyerupai hantu.
(cinta; terkadang enggan dilabuhkan)
2005
------------------------------------------------
Ketika
di terik siang
kau berlenggangan tangan dengan ombak menyongsong
bianglala
kau bersijingkat ke awan memburu kenikmatan
kau mengepakkan sayap ke sudut-sudut bumi letih
kau menimang-nimang misteri dengan mata nyalangmu
pada wajah senja
cuma ada selembar angin
aku tidak lagi menemukan jejakmu di timur, selatan,
barat dan utara.
2005
------------------------------------------------
Imajinasi Ayat Suci
para pencemar yang menaburkan butiran-butiran dusta
di geriap malam, di sela-sela kemarau, di lembaran usia, di balik
musim dingin.
dan berlayar dari tebing kemusyrikan ke pengkhianatan
yang tak bersigegas pada isyarat pertaubatan
jika Tuhan menggerakkan tangan-Nya
“Kun!”
fayakun: langit tergulung, gunung-gemunung
beterbangan, laut mendidih.
dan isyarat neraka hutomah dikuakkan
(berlabuh di manakah si pendusta?)
2005
------------------------------------------------
Riwayat II
aku selalu merindukan penghibur sejati: masa silam
entah lengkingan serigala entah temaram
suatu masa
aku bergandengan tangan denganmu menapaki sudut-sudut
kota yang
legam dan tanpa suara.
kita tidak menemukan bianglala
kârena semua warna telah direnggut para pemburu dengan
senapan terkokang.
kita tidak menemukan musik
karena semua irama telah ditelan para pendusta
aku kini menapaki lagi sudut-sudut kota mencarimu
warna berserakan di mana-mana
suara bersahut-sahutan tanpa makna
tetapi kau tak kutemukan
barangkali kau berdansa secapek-capeknya bertemankan
diam di ruang tanpa gema.
aku selalu merindukan penghibur sejati: masa silam
entah nyanyian entah awan.
2005
------------------------------------------------
ADAM A CHEVNY. Kadang namanya ditulis Adam A Chievny. Penyair ini merupakan aktivis bersastra tahun 1975-1980 di Samarinda. Sajak-sajaknya ditemukan dalam Antologi Puisi Nusantara I (1980) yang dieditori Fiece Esf. Adam bermukim di Surabaya. Pada masa kreatifnya ia juga menjadi eseis di Surabaya Post.
Sumber: Kalimantan Timur dalam Sastra Indonesia
Photo by Matt Paul Catalano/Unsplash