sekiranya tak terpandang
diriku adalah napasmu
sudah kugalikan lubang
dan membenamkan kau
sebagai kutukku
1979
------------------------------------------------
Hidup dan Puisi
semacam dogma dalam permainan
disodorkan sebagai teka-teki
lalu diburunya dengan napas
siapa publikmu?
nyatanya:
“hidup adalah puisi
yang bermain di segala tempat,”
jawabku menutup tanya.
------------------------------------------------
Satu = Kau
dick, di hari yang resah
kalungkanlah sekata aksara pada diarymu
lalu
ukirlah penamu dalam lingkaran maya
ku’kan datang
bersama kudusnya hatiku
padanya adalah sayu, Kau!
1979
Antologi Puisi Nusantara I, editor Fiece ESF. Aquavi Muda Samarinda, Februari 1980
------------------------------------------------
Optimistis
dalam hari-hari yang garang
jiwaku terus menggugah
membongkar karat-karat besi
segera
memberesi hari esok,
dari ketiadaan yang tersia
------------------------------------------------
YADI AM. Aktivis sastra sepanjang tahun 1970 hingga 1980 di Kalimantan Timur. Sejumlah sajaknya dimuat dalam antologi Puisi Nusantara I (1980) yang ditulis bersama Fiece, Adam A Chevny, Syafril Teha Noer, Dimas Hono, Syafruddin Pernyata, dan lain-lain. Yadi juga bekerja sebagai wartawan.
Photo by Brittani Burns/Unsplash