Timang-timang anakku sayang
buah hati ayah bunda seorang
tidurlah tidur dalam buaian sayang
esok kita bermain berdendang riang
dang...ding...dung
ding...dang...ding...dung
cilukba.. .cilukba
wah pipis
biarlah kugantikan popokmu
agar tetap hangat
anakku kalau nanti besar jadilah dokter
atau jadilah pilot
atau jadilah insinyur
atau jadilah jenderal
itu terdengar dari penimang
aku jadi gamang
lalu
siapa yang jadi kuli bangunan
siapa penjual bakso penjual koran
siapa pesuruh pembantu penambal ban
apakah dalam suatu kehidupan hanya itu
yang dipandang eksis
apakah tak terpikir bila maksud tak tercapai
anak merasa gagal dalam kehidupan
akhirnya memilih nganggur
kalau tidak jadi insinyur
maka
bertambahlah pengangguran
jangan kau racuni anak negeri dengan pandangan sempit
berilah kesempatan mereka memandang alam semesta
agar mereka tahu rahasia yang terkandung pada tabir kehidupan
agar mereka tahu rahasia yang terkandung pada alam semesta
M.RSU, ‘92
Secuil Bulan di Atas Mahakam, 1999, editor Syafruddin Pernyata dkk., Samarinda: Komite Sastra DKD Kaltim
------------------------------------------------
Transfusi Darah
Daun bergoyang melambai memanggil, kemari
Kau tahu apa katanya
Angin bertiup dari arah atas ke bawah
menerpa ngarai menghempas lembah
meniup sanubari yang dirundung pilu
Kau tahu kehendak siapa itu
Terik mentari menyengat asap mengepul
awan hitam berarak
hujan turun membasahi bumi menyuburkan
paru-paru dunia makhluk hidup lega bernapas
Kan tahu kenapa begitu
Aku tak tahu daun bergoyang angin bertiup
hujan turun terik mentari menyengat
Dan lebih tak mengerti.
manusia tega hidup dengan mentransfusi
darah anyir sesamanya
M.RSU, 91
------------------------------------------------
Kau yang Tahu
tak ada putih
tak ada juga hitam
apalagi biru pun tak ada
tak ada manis
tak juga ada pahit
apalagi getir
pedas pun tak ada
malam tak ada
tak juga ada siang
begitu pula senja
pagi pun tak ada
adanya hanya satu
kau yang tahu
Samarinda, ‘93
------------------------------------------------
Bangsaku
saat itu kau sadari
dia sendiri
aku sendiri
saat itu kau tak tahu
dia tak tahu
aku tak tahu
saat ini kau tahu
dia tahu
aku tahu
tanah air satu
bangsa satu
bahasa satu
Indonesia
M. RSU, 90
------------------------------------------------
MISMAN RSU. Lahir di Samarinda 4 April 1959. Mulai menjadi penyair setelah memenangkan lomba Baca Puisi tahun 1978, ketika di SMA. Ia kemudian terjun ke dunia seni, khususnya penulis sastra, bergelut dalam teater, dan sebagai pendongeng. Naskah yang dibuatnya untuk radio, pentas, dan televisi lebih dari 30 judul. Karya lainnya berupa cerita bergambar untuk anak-anak, deskripsi seni teater tradisional, seperti mamanda Samarinda, nalau, dan mamanda Berau. Ia juga mengembangkan teater tradisional tingkilan.