Puisi

title

Penimang


Penulis: Misman RSU | Posting: 05 November 2021


Timang-timang anakku sayang

buah hati ayah bunda seorang

tidurlah tidur dalam buaian sayang

esok kita bermain berdendang riang


dang...ding...dung

ding...dang...ding...dung

cilukba.. .cilukba


wah pipis

biarlah kugantikan popokmu

agar tetap hangat


anakku kalau nanti besar jadilah dokter

atau jadilah pilot

atau jadilah insinyur

atau jadilah jenderal


itu terdengar dari penimang

aku jadi gamang

lalu

siapa yang jadi kuli bangunan

siapa penjual bakso penjual koran

siapa pesuruh pembantu penambal ban


apakah dalam suatu kehidupan hanya itu

yang dipandang eksis

apakah tak terpikir bila maksud tak tercapai

anak merasa gagal dalam kehidupan


akhirnya memilih nganggur

kalau tidak jadi insinyur

maka

bertambahlah pengangguran


jangan kau racuni anak negeri dengan pandangan sempit

berilah kesempatan mereka memandang alam semesta


agar mereka tahu rahasia yang terkandung pada tabir kehidupan

agar mereka tahu rahasia yang terkandung pada alam semesta


M.RSU, ‘92

Secuil Bulan di Atas Mahakam, 1999, editor Syafruddin Pernyata dkk., Samarinda: Komite Sastra DKD Kaltim

------------------------------------------------


Transfusi Darah


Daun bergoyang melambai memanggil, kemari


Kau tahu apa katanya


Angin bertiup dari arah atas ke bawah

menerpa ngarai menghempas lembah

meniup sanubari yang dirundung pilu


Kau tahu kehendak siapa itu


Terik mentari menyengat asap mengepul

awan hitam berarak

hujan turun membasahi bumi menyuburkan

paru-paru dunia makhluk hidup lega bernapas


Kan tahu kenapa begitu


Aku tak tahu daun bergoyang angin bertiup

hujan turun terik mentari menyengat


Dan lebih tak mengerti.

manusia tega hidup dengan mentransfusi

darah anyir sesamanya


M.RSU, 91

------------------------------------------------


Kau yang Tahu


tak ada putih

tak ada juga hitam

apalagi biru pun tak ada


tak ada manis

tak juga ada pahit

apalagi getir

pedas pun tak ada


malam tak ada

tak juga ada siang

begitu pula senja

pagi pun tak ada


adanya hanya satu

kau yang tahu


Samarinda, ‘93

------------------------------------------------


Bangsaku


saat itu kau sadari

          dia sendiri

          aku sendiri


saat itu kau tak tahu

          dia tak tahu

          aku tak tahu


saat ini kau tahu

          dia tahu

          aku tahu


tanah air satu

bangsa satu

bahasa satu


Indonesia


M. RSU, 90


------------------------------------------------

MISMAN RSU. Lahir di Samarinda 4 April 1959. Mulai menjadi penyair setelah memenangkan lomba Baca Puisi tahun 1978, ketika di SMA. Ia kemudian terjun ke dunia seni, khususnya penulis sastra, bergelut dalam teater, dan sebagai pendongeng. Naskah yang dibuatnya untuk radio, pentas, dan televisi lebih dari 30 judul. Karya lainnya berupa cerita bergambar untuk anak-anak, deskripsi seni teater tradisional, seperti mamanda Samarinda, nalau, dan mamanda Berau. Ia juga mengembangkan teater tradisional tingkilan.

Share:
Puisi Lainnya