(bagi anak yang mau sekolah)
malam yang datang
nganga tidak berbintang
seorang lagi hatinya bimbang
merenung sisa-sisa siang dengan hati
di pantai tidak ada cahaya untuk
kaki, pasir dan laut
nelayan tua ditekan kelesuan
tentu kehampaan untuk galuh anak sayang
bagiku bisa berdamai
- anak sayang buat apa merenung-renung malam
umur cuma-cuma untuk besok
Sanggar Seni Sastra, Ruang Siaran Sastra RRI Samarinda 1954 – 1960
------------------------------------------------
Pulanglah Pulang
(catatan: kembali ke pangkuan)
pulanglah pulang gila-gila anak ibu
ke pangkuan, ibu tetap mengimbau
ada dara untuk menantu
jadilah mekar mawar di taman
dibelailah cium hanya si cucu
cacaran bagi bersilang pada lalu
anak sayang anak ibu pulanglah!
galang orang buat si orang
buat apa ditempa-tempa warisan hitam
amboi! berlarat sudah nilai tulang
Sanggar Seni Sastra, Ruang Siaran Sastra RRI Samarinda 1954 - 1960
------------------------------------------------
HERMAN SYUKUR. Lahir di Tanjung Redeb (Berau) 6 Juli 1933 dengan nama Helmansyah. Nama itu dia ganti menjadi Hermansyah, lalu ditambah Syukur, menjadi Hermansyah Syukur. Menurutnya, kata “Helman” dalam bahasa Inggris berarti “lelaki dari neraka”, maka namanya harus diubah. Mendapat pendidikan dasar di kota kelahirannya dan lulus sarjana muda di Fakultas Sosial dan Politik Universitas Mulawarman. la pernah menjadi guru SD di Muara Jawa. Kemudian mengajar dan menjadi kepala sekolah di SMEA 2 Samarinda (jurusan koperasi) dan SMEA I (jurusan tata buku, tata niaga, sekretaris). la giat menulis karya sastra berupa puisi, cerpen, dan sandiwara . Di antara naskah drama yang ditulisnya adalah “Babadik Sampe” dan “Pintu Belum Tertutup”. Tulisannya banyak dipublikasi di harian Pacific asuhan Anang Acil Adiwidaya. Bergabung dengan Sanggar Seni Sastra bersama H Hasani HA, Sjarwani Miskan, dan lain-lain. la juga pernah menyiar cerita pendek di RRI Samarinda bersama Ani Nuraini Hasyim dan Husni Sidik sepanjang tahun 1964 – 1969.
Photo by Dan Musat/Unsplash