Puisi

title

Hutan Hambur Batu


Penulis: Andriane Uran | Posting: 08 Agustus 2021


Di dalam tebing pintu

Di tengah hutan Hambur Batu

Kapur menjelma karst

Seumpama eliksir

Jaga menjaga sumber mata air


Pada dini hari

Sepuluh perusahaan menambang kapur kami

Congkel makam leluruh

Musnahkan lukisan purba

Karya manusia mula-mula

Dalam hening

Warga dibuai

Lapangan kerja

Dikerjai kerja


Bah;

Air menjadi keruh menjadi busuk

Hujan membanjiri tanah

Tak ada yang memeluk dalam mesra

Tak ada yang memelihara

Tanah tumpah sembarang saja


Dan kemana ladang petani pergi?

Digeser oleh traktor, Raksasa bercerobong

Yang katanya menyumbang devisa negara

Lah!


Samarinda, 2021




Mengais Cahaya


Memang besar bila wanita selalu dalam gelap

Ia mengais cahaya agar menjadi harap

Bukankah menjadi sendiri ada sepi

Sepi yang berlama-lama menetap

Berubah menjadi pekat

Lalu gelap

Hilanglah dirinya

Hilanglah harapannya

Terbentur ekor, kepala dan gunjingan tetangga


Sebab di kandungnya ada masa depan,

Jika kosong, bukan wanitakah dia?

Dalam rahimnya mesti mengalir kehidupan

Bila sepi, semua pandangan menjadi ngeri

Maka jatuhlah wanita menjadi gelap 

Bahkan ketika terus menerus menggali terang.


2021




Melati Vorvo


Di tepi toko kembang

Di jalan gelap sana

Ada mereka yang menor

Menanti laki-laki yang lebih kotor

Sebab tubuh mengkhianati jiwa

Dan semua mengutuk mereka waria gila

Bukankah yang gila adalah stigma

Pikiran bahwa semua harus berjalan sesuai hukum alam

Tidak menerima beda 

Bahkan yang paling dekat


Dan di tepi toko kembang

Dalam setapak sunyi

Mereka berjalan mendekati sepi

Jalan terlalu berat walaupun berkali-kali diperbaiki

Bukankah sakit jika dirimu manusia 

tapi tak dianggap manusia oleh manusia

Hanya karena jiwa menentang raga


Di dekat toko kembang

Mereka berharap wangi

Dan menjadi bunga melati


2021




Maria Magdalena


Bukankah yang paling baik di antara kita

Ternyata menyimpan busuk dalam hatinya

Dan Maria Magdalena ada di sana 

Mendengar cerita tentang istri mereka

Tentang majikan mereka

Tentang ternak

Tentang Anak Manusia

Tentang hitam kelabu hati yang batu


Lalu tersungkur Maria Magdalena

Dianggap paling hina seluruh dunia

Wanita terkutuk pengundang bala

Terludahi oleh pria yang semalam menikmati tubuhnya

Ah.

Bukankah kita adalah dewa 

yang merasa paling bijaksana

yang berkata paling benar melebihi segalanya

yang laku-lakunya paling berakhlak dibanding Maria Magdalena


Maria Magdalena hidup di mana-mana 

Sedekat-dekatnya

Bahkan di dalam diri kita


2021



ANDRIANE URAN. Lahir tahun 1989 di Surabaya, namun tumbuh besar dan tinggal di Tanjung Redeb dan Samarinda. Lulusan sarjana Pendidikan Fisika ini menyukai dunia sastra dan kepenulisan sejak kecil, terutama penulisan puisi dan cerpen. Kini dia aktif sebagai penulis artikel, puisi dan prosa. Sejak 2017 ia bergabung dalam Jaring Penulis Kaltim dan Komunitas Buku Etam. Kini Andriane menetap di Tanjung Redeb dan menjadi kontributor Jejaring Madah Etam wilayah Berau. Karyanya yang pernah terbit berjudul Ngranyau, merupakan kumpulan cerpen bersama teman-temannya di Teater Yupa Universitas Mulawarman.


Photo by kutaitimurkab.go.id

Share:
Puisi Lainnya