Kotaku di sini
Gemuruh yang sunyi
Belantara kembara
ke dasar sukma
ke dalam
Kotaku di sini
Bermatahari berbulan
Di bendulnya aku berdiri
Mengaca diri kehidupan
ke lubuk-Mu dalam
Kotaku di gemuruh dada
Di ujung sukma
Megah
Api nur di sana
Baqa
Kotaku, kota kita
Kota umat
Ke mana suatu kali nanti kita berangkat
1973
------------------------------------------------
Dari A ke Z
Lengan-lengan yang capai
Suara gaib itu
Pohon-pohon kadasai
Berjajar membisiki waktu
Ujung cakrawala
Daun violet sayap rama-rama
Sepotong bulan sabit
Mengintip celah-celah luka berdarah
Riap lalang dan kaki-kaki kerbau
Lumpur rawa dan suara serangga
Gigir bukit yang sunyi
Menanti teka-teki
1973
------------------------------------------------
Mahakam
Senja pun membenam dalam tragedi
Abad ini
jalan ini semakin sunyi
Tapi kita tak sampai-sampai juga
Angin dari relung itu
Semakin runcing
Dan menciptakan garis ungu
Haruskah ke arah lain jalan pantai
kita kawinkan sepi
Antara dua badai?!
Tualang panjang ini
Semakin jauh semakin lengang
Langkah pun lelah menapak juang
Lalu kelepak yang menjauh
Longsong itu
Tanggalan pun jatuh
Tinggallah gerimis renyai
Dan bait-bait sunyi
Ketika jam pun sampai
Menunjuk-nunjuk tempat sepi
1974
------------------------------------------------
Pintu
Pintu biru diketuk dari luar
Siapakah yang berdiri di situ
Dengan suara yang lirih samar
Kujenguk dari jendela bersama angin gemetar
Hanya sebuah kenangan yang luka
Bernyanyi, bernyanyi ke ujung apar
1973
------------------------------------------------
Letupan Bambu, Tambur Upacara
Letupan bambu, tambur upacara
Menyala di air
Kaki-kaki telanjang
Giring-giring
Malam menari
Bulan
Bulan di langit-langit
Lou
Seribu ancak
Lilin
Pisang dan ubi
Balai-balai permandian
Daun lenjuang
Getang
Tarian malam
Mengupas malam
“Yang sakit bawa ke sini
Yang muntah dan mandul
Yang pekung dan lepra
Bawa ke sini
Yang kehilangan …
Seribu satu penyakit badan dan jiwa!”
Tambur mengeras
Dalam malam keras,
“Segala penyakit pergi
Encok, koreng gatal
Lumpuh dan penyakit mata
Jantung demam kura
Pergi semua
Ke hutan-hutan tak bertuan!”
Sepuluh penari
Sepuluh mangkuk lilin
Menari dalam gelap
Beras kuning
Terbang ke udara
Beras putih-hitam
Terbang ke udara
Sukma pulang ke sukma
Ancak piring upacara
Tambur leluhur
Lemang ketupat tumpi
Dibagi baki
Panggang ayam panggang babi
Salawat api
Yang merecik di dapur dupa
Akar wangi
Yang menutup serapah upacara
Balian mulut waktu,
“Pulang semua pulang
Yang tinggal punggawa
Penjaga badan jiwa!”
Malam mengucapkan tanah
“Hari! Hari!”
------------------------------------------------
KORRIE LAYUN RAMPAN. Lahir di Samarinda, Kalimantan Timur, 17 Agustus 1953. Tahun 1971, ia melanjutkan kuliah di Yogyakarta. Di kota ini ia bergabung dengan kelompok Persada Studi Klub (PSK) yang diasuh penyair Umbu Landu Paranggi. Tahun 1978 ia pindah dan bekerja di Jakarta. Tahun 1978-1980 ia menjadi editor Penerbit Cypress, tahun 1980-1982 editor Sinar Harapan, dan sejak 1982 editor/wartawan majalah Sarinah. Terakhir ia menjabat Redaktur Pelaksana (merangkap Direktur Keuangan) majalah tersebut. Ia berpengalaman menjadi guru, dosen, penyiar di RRI dan TVRI Studio Pusat, Jakarta dan di radio swasta. Ia pernah memenangkan sayembara penulisan novel, cerpen, esai, resensi buku, cerita film, dan karya jurnalistik. Hingga kini ia telah menulis sekitar 300 judul buku sastra meliputi novel, kumpulan cerpen, kumpulan esai, kritik sastra dan puisi. Menuli buku cerita anak-anak sekitar 100 judul, berikut sekitar 100 judul terjemahan cerita anak-anak. Ia juga menulis cerita remaja dan menerjemahkan karya sastra dunia dari sastrawan Leo Tolstoy, Guy de Maupassant, Luigi Pirandello, Anton Chekov, Knut Hamsun, Alexander Pushkin, dan lain-lain. Novelnya Upacara dan Api Awan Asap memenangkan Sayembara Penulisan Roman Dewan Kesenian Jakarta tahun 1976 dan 1998. Novel-novel lain yang ditulisnya adalah Bunga, Lingkaran Kabut, Wanita di Jantung Jakarta, Perawan, dan Matahari. Tahun 2006 mendapat hadiah seni dalam bidang sastra dari Pemerintah RI atas dedikasi dan perjuangannya di dunia sastra selama lebih 30 tahun. Sampai tahun 2011 ia telah mendapat 15 hadiah sastra secara nasional.
-------------------------------------------
Photo by Erik Mclean/Unsplash