Puisi

title

Pembebasan


Penulis: Suhana | Posting: 04 Juli 2021


Dan ini adalah suatu penanggalan

Aku belum tahu kau juga tidak

Adalah nanti sampai waktu

Apakah bulan Juni atau Juli

Atau pada musim gugur


Dengar! Kita akan sama mengukur

Sambil menekur di tempat tidur

Hati yang terpisah

Dan hati yang mengembara

Ada satu waktu akan pulang entah ke mana

Tapi kau anak manusia aku juga adalah

Di putaran dunia yang kecil jangkanya


Maka..

Mesralah hati yang mengembara

Mesralah hati yang masih mengembara

Bahwa kita kesal lama sama derita dan duka


Masyarakat Baru, 29 Desember 1949

------------------------------------------------


Jendela

kepada D. Adham


pada jendela mengigau rimba

padaku dan padamu sama di langit

dan ini berilah satu pegangan

niatku dan niatmu akan berteriak

bagaimana lagi,

kalau duli meminta duli

dan darah menjadi saksi


sekali pun engkau berkata:

“aku kuda tunggangan”

jebakan beri kita mengigau

harapan berlaga ratapan

ah, mungkin keadilan ditanggung edan


mari aku mau bicara

tutupkan pintu jendela

biar jendela menyimpul di jendela


1949

------------------------------------------------


Panggilan


diam sebentar ketawa dan duka

ia juga hatinya yang gersang

melihat dan menerawang

yang kini masih di pangkuan


          hatinya satu disimpan

          buat pagi yang lemah dan lembut

          karena waktu baginya juga masih menurut

          tapi siapa tahu


ia diam dan ia pejam

anak yang masih dalam pangkuan

tapi apakah mereka tahu

waktu nanti juga penuh tambalan


Masyarakat Baru, 29 November 1949


------------------------------------------------

SUHANA. Lahir di Kampung HBS, Samarinda, Kalimantan Timur dengan nama Muchran Ismaiel, anak Anang Ismail. Pernah ikut berjuang dalam Perang Dunia II dan dipaksa menjadi Heiho (pasukan bentukan Jepang saat Perang Dunia II). Setelah Jepang kalah, ia bergabung dengan para pejuang Merah Putih sambil magang sebagai wartawan koran Masyarakat Baru. Di koran inilah ia mula-mula memublikasikan sajak-sajaknya. Tulisan Iainnya dipublikasikan di media massa yang terbit di Jawa. Untuk menyemarkan identitas, ia menulis puisi dengan nama Suhana, saat bergabung dengan barisan pejuang yang dipimpin M Djoenaid Sanusi. Itu sebabnya namanya menjadi Suhana Muchran Ismaiel. Suhana mengamankan dirinya ke Makassar dan bekerja di RRI Makassar. Dalam kariernya sebagai karyawan RRI, ia pernah menjadI kepala RRI Samarinda dan kepala RRI Malang sampai pensiun dan meninggal di Samarinda. la termasuk penyair awal dalam perkembangan sastra di Kalimantan Timur.

Share:
Puisi Lainnya