Dan ini adalah suatu penanggalan
Aku belum tahu kau juga tidak
Adalah nanti sampai waktu
Apakah bulan Juni atau Juli
Atau pada musim gugur
Dengar! Kita akan sama mengukur
Sambil menekur di tempat tidur
Hati yang terpisah
Dan hati yang mengembara
Ada satu waktu akan pulang entah ke mana
Tapi kau anak manusia aku juga adalah
Di putaran dunia yang kecil jangkanya
Maka..
Mesralah hati yang mengembara
Mesralah hati yang masih mengembara
Bahwa kita kesal lama sama derita dan duka
Masyarakat Baru, 29 Desember 1949
------------------------------------------------
Jendela
kepada D. Adham
pada jendela mengigau rimba
padaku dan padamu sama di langit
dan ini berilah satu pegangan
niatku dan niatmu akan berteriak
bagaimana lagi,
kalau duli meminta duli
dan darah menjadi saksi
sekali pun engkau berkata:
“aku kuda tunggangan”
jebakan beri kita mengigau
harapan berlaga ratapan
ah, mungkin keadilan ditanggung edan
mari aku mau bicara
tutupkan pintu jendela
biar jendela menyimpul di jendela
1949
------------------------------------------------
Panggilan
diam sebentar ketawa dan duka
ia juga hatinya yang gersang
melihat dan menerawang
yang kini masih di pangkuan
hatinya satu disimpan
buat pagi yang lemah dan lembut
karena waktu baginya juga masih menurut
tapi siapa tahu
ia diam dan ia pejam
anak yang masih dalam pangkuan
tapi apakah mereka tahu
waktu nanti juga penuh tambalan
Masyarakat Baru, 29 November 1949
------------------------------------------------
SUHANA. Lahir di Kampung HBS, Samarinda, Kalimantan Timur dengan nama Muchran Ismaiel, anak Anang Ismail. Pernah ikut berjuang dalam Perang Dunia II dan dipaksa menjadi Heiho (pasukan bentukan Jepang saat Perang Dunia II). Setelah Jepang kalah, ia bergabung dengan para pejuang Merah Putih sambil magang sebagai wartawan koran Masyarakat Baru. Di koran inilah ia mula-mula memublikasikan sajak-sajaknya. Tulisan Iainnya dipublikasikan di media massa yang terbit di Jawa. Untuk menyemarkan identitas, ia menulis puisi dengan nama Suhana, saat bergabung dengan barisan pejuang yang dipimpin M Djoenaid Sanusi. Itu sebabnya namanya menjadi Suhana Muchran Ismaiel. Suhana mengamankan dirinya ke Makassar dan bekerja di RRI Makassar. Dalam kariernya sebagai karyawan RRI, ia pernah menjadI kepala RRI Samarinda dan kepala RRI Malang sampai pensiun dan meninggal di Samarinda. la termasuk penyair awal dalam perkembangan sastra di Kalimantan Timur.