Kita so sudah kasih pantai
basah merekah mewah menyambut senja merah
merekam ringkik tawa, menghimpun semua bunyi
gelegar musik terus mengibaskan senyum wangi malam
yang nakal menawarkan kenikmatan
genit kehangatan.
Kita so sudah kasih bubur
hidangan para dewa yang datang di bumi nyiur melambai
untuk membagi berkah serta menyusuri sejarah
dimana sang Tuanku Imam Bonjol terbaring di atas bukit sepi
menyendiri,
tak ada deru gemuruh kaki kuda juga denting kelewang dan pedang
terasing dari glamour dan keangkuhan kota, sederhana yang papa
hanya tersirami air mata doa para penziarah.
Kita so sudah kasih Bunaken
lukisan alam di dasar bumi membuat bangga dada garuda
yang dijaga para dayang serta ribuan jaring nelayan
menghidangkan ikan bakar kelapa muda paha dan dada
menghirup udara yang tak perawan dari teluk muara
mengirim apungan sampah untuk sang jelita
semua jadi lupa kalau itu cagar dunia.
Kita so sudah kasih cinta
untuk aku
yang mengembara mengharap surgaNya.
Manado, 13102011
------------------------------------------------
Kota Judi
Siang bertemu malam
dan
hanya ada satu kata
untuk mengalahkan waktu yang tersisa
menunda kaya raya.
Macau, 01062011
---------------------------------------------
Tahajud di Negeri Orang
Di sepertiga mimpiku
aku terjaga oleh dingin yang membeku
musim gugur November minggu kedua
aku diajak langkahku
ke kota mungil diam dalam keangkuhan
air wudhu masuk ke tulang sumsum rindu
meraba cinta yang membara
sepi yang sejuk membelai mesra kekasih hati
padahal aku
tak tahu meletakkan wajah ke arah kiblat
dalam tepakur yang khusuk
tubuh menggigil tanda doa telah terjawab.
Brussel, 15112015
---------------------------------------------
Red Light Secrets
Sepanjang kanan kiri kanal ini
tak ada musim bagi sang penziarahnya
memasang mata kilat mengasah rasa
menumpahkan hasrat sesaat pada estalase berkaca
hai perempuan berbagai warna
perempuan-perempuan malang
menarilah di atas renyah tawa sambil menawarkan birahi
“aku bukan perempuan jalang,
aku hanya perempuan sial tanpa uang dan pengakuan “
teriak si pirang
sambil membuka dada paha dan semua benang di badannya
karena waktu menunjukkan pukul tiga malam.
Dingin musin gugur
dingin yang dihimpit beku alam
museum mengajak petualang menutup tirai lampu temaram
dan ini
tanda silang yang punya Iman.
Amsterdam, 13112015
---------------------------------------------
SUKARDI WAHYUDI. Lahir di Samarinda tanggal 17 Januari 1960. Sukardi mengeluti dan memperdalam dunia sastra secara autodidak. Hal itu dilakukan sejak tahun 1977 dan baru tahun 1981 berani mempublikasikan karyanya di media masa baik daerah maupun nasional, antara lain Mimbar Masyarakat, Sampe, Suara Kaltim, Pesut, Garda Rakyat, Kutai Baru, Kaltim Post, Post Kota, Banjarmasin Post, Lampung Post, Bali Post, Karya Bakti Mataram, Anita Cemerlang, Melati, Mutiara, Simponi, Santana, Rakyat Merdeka, Berita Yudha, Angkatan Bersenjata, Media Indonesia, Republika, Sinar Harapan serta Buletin sastra yang tersebar di Nusantara.
Dia telah menghimpun karyanya dalam sejumlah buku antologi puisi, antara lain Diam (1983, Ikatan Pencinta Satra Kabupaten Kutai), Tongkat (1984, Ikatan Pencinta Sastra Kabupaten Kutai), Boom - antologi bersama Pipit Sukarno (1984, IPS Tenggarong), Hudoq 2000 (1985, Ikatan Pencinta Sastra Kabupaten Kutai), Menepis Ombak Menyusuri Sungai Mahakam - antologi puisi bersama sembilan penyair Kabupaten Kutai (1999, Dewan Kesenian Daerah Kabupaten Kutai), Secuil Bulan Di Atas Mahakam-antologi puisi bersama penyair Kaltim (1999, DKD Kaltim), Seteguk Mahakam - antologi puisi Penyair Tenggarong (2006, Penerbit Matahari Jogyakarta), Ada Gelisah Di Pertemuan Waktu - antologi cerpen (2011, Penerbit Araska Jogyakarta), Lelaki Itu - antologi puisi (Penerbit Araska Jogyakarta), dan Jejak Rindu - antologi puisi (2019, Penerbit Araska Jogyakarta).
Karyanya juga termuat dalam beberapa buah buku antara lain Maaf dan Penyesalan (antologi puisi 2005 ), Ikhtisar Sastra Indonesia Di Kalimantan Timur (Apresiasi, 2009), Ensiklopedia Sastra Kalimantan Timur (Apresiasi, 2009), Biografi Pengarang Kalimantan Timur (Biografi, 2009), Perjalanan Puisi Kalimantan Timur dari orde Lama hingga Kontemporer (Apresiasi, 2010), Kalimantan Timur dalam Sastra Indonesia (Apresiasi, 2011), Kalimantan dalam Prosa Indonesia (Apresiasi, 2011), Kalimantan dalam Puisi Indonesia (Apresiasi, 2011), Budi Pekerti Dalam Cerita Pendek Di Kalimantan Timur (Apresiasi, 2013), dan tercatat dalam buku : Apa Dan Siapa ; Penyair Indonesia (Yayasan HPI, 2017).
Photo by Triptrus.com