hujan telah menerjuni hakikat waktu
ribuan tahun lamanya
melintas dalam semak, dalam hutan
dalam telaga yang diam
dan dalam hidup yang menganga
di antara kurun-kurun yang terengah
hujan
telah lahir dalam waktu yang diam
dan diamnya
menyimpan dendam yang membahana
hujan
telah menerjuni hakikat waktu
dalam ribuan kurun lamanya
memulai alirnya
ditengah rimba yang sepi
menemukan muaranya di antara ombak
yang gelisah
hujan!
------------------------------------------------
Gadisku Bermata Sayu
* buat ningrum di solo
gadisku
gadisku bermata sayu
pada mata itu kulihat telaga yang diam
tapi menyimpan batu
gadisku
aku begitu kelelahan
mengejar batu demi batu
yang sembunyi di balik matamu
aku keletihan
menyingkap rahasia demi rahasia
yang tenggelam dalam telaga
itu
kau gadisku
gadis bermata sayu
mengeratkan sembilu
menorehkan luka
dalam keras batu
dalam telaga rindu
gadisku
aku ngeri membayangkan matamu
bagai sembilu
mengiris batu demi batu
dalam dadaku
Solo 2005
------------------------------------------------
Luka
perih luka yang dirasakan angin
melayang-layang menyeberangi laut
laut beriak dan gelisah
tercipta gelombang
mendebarkan!
dan luka
memeluki dingin laut
menyibak burung-burung malam
mematikan lagu-lagu sumbang
keperihan luka
memang terasa menjebak semesta
dan angin
dan laut
senantiasa gelisah
membagi deru dan desah
pada gelombang
yang gundah
Kutai 2004
------------------------------------------------
Pergolakan
telaga itu mengering dalam lipatan bajumu
kau yang ingin menyaksikan seseorang
membuka kancingnya satu persatu
namun, dadamu bergetar
telaga itu mengering dalam lipatan bajumu
ada yang diam-diam
berusaha melupakan keperihannya
dan menyiapkan sebilah pisau
darahmu
mendidih
Kutai 2003
------------------------------------------------
Sebuah Prosesi
senja gelisah mempertahankan warna merahnya
di antara ranting dan daun-daun muda
secawan anggur mengering
pesta semakin sunyi
banyak yang ingkar pada waktu yang
berputar
banyak yang tuli pada gemerisik daun
dan jerit yang panjang
azan yang tiba-tiba berhenti
setelah melengking tinggi menernbus langit
kelam
terasa sia-sia saat menyentuh dinding
nurani
debar pesta kita. Melupakan petaka itu
dan api
dan air
dan getar bumi
meretakkan dinding jiwa
semakin sunyi
wahai penghuni ruang diantara batas
batas waktu
kitapun akan sendiri-sendiri memasuki
lorong
lorong tanpa
cahaya
Kutai 2004
------------------------------------------------
Literatur
tersusun dalam bilik
langkah-langkah yang menghitung
detak mentari
seekor burung dan malaikat
hadir mencatat setiap tepi
daging-daging duniawi
malam mencatatkan buku
kenangan
mencatat kemesraan
dan menghitung kegundahan
percayalah
dalam diam ada yang selalu mengintai
kita
dengan seribu rencana
Kutai 2005
------------------------------------------------
Elegi
1.
pohon-pohon bernyanyi
dalam irama rindu
kepada para nabi dan rasul
yang membagikan hikmahnya
pada batu dan dedaunan
tak ada yang menyesal pada keadaan
kecuali pada langkah yang tak sampai
ketika matahari berebut warna
dengan malam
yang menyimpan sisi-sisi paling bijak
dan butir-butir paling nikmat
dan sejengkal dunia
yang berwajah pekat
2.
Tuhanku
kesayangan para sufi
mampukah kubaca notasi
yang melingkari keinginan
dan irama berdarah
disayat-sayat biola kesepian
Tuhanku
pusat kerinduan para du’afa
kukirim doa pada denting harfa
berikan padaku sebingkai cermin
tempat berkaca bianglala
yang menyelimuti jiwa-jiwa yang hampa
di atas kursi berbentuk piramida
3.
karena lagu adalah jiwa
yang meniti tangga demi tangga
hingga sampai ke pusat semesta
maka
biarkan ia menjaga setiap rasa
bahwa
ada saat untuk mengubah nada
yang mungkin membuat kita lupa
pada setiap kalimat dan irama
percayalah
bulan tak kan pernah berbagi warna
dengan bayang-bayang kegelisahannya
2003
------------------------------------------------
KARNO WAHID. Lahir di Sebulu, Kabupaten Kutai (kini Kutai Kartanegara), 18 Februari 1953. la menulis puisi, novel, cerita pendek, dan berbagai tulisan lainnya. Puisi-puisinya dibukukan dalam Tempoyaq (1981), Topeng (1982), Istana Malam (1983), Lanskap (1984), Sajak 8 Kota (antologi bersama 8 penyair Indonesia yang diterbitkan oleh HP3N), dan Getar-getar Aorta (DKD Kaltim, 2000).