rembulan menyala
penuh gairah:
pandang langit
pandang langit
ada rindu bertubi-tubi
rembulan menyala
penuh gairah:
cium tanah
cium tanah
sujud sampai bila-bila
daun-daun bernyanyi
lirih
dihembus angin
air di danau
tersenyum
kulihat cahaya
tak terbatas
dalam diri
Asrama Santriwati
kutegap-tegapkan kaki
menutupi debar yang besar
ingatan aib-aib berloncatan
minta khabar
menyemuti tulang sendi
langkahku tak bisa senyap
malu aku dibuatnya
semua mengintipku:
khadijah, hafshah, aisyah, saudah,...
aku kerdil
air di pelupuk menghalangi bacaan:
al-mar-aat al-shaa-li-haat
FITRIANI UM SALVA. Lahir di Samarinda pada 1989. Alumnus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Samarinda ini sejak remaja sudah melahirkan puisi-puisi beraura religius dan kerinduan yang menawan. Di antara puisi-puisinya dipublikasikan di harian Republika, Seputar Indonesia, Jurnal Nasional, Jawa Pos, Kaltim Post, dan Samarinda Pos. Penggerak Sanggar Sastra Remaja Indonesia (SSRI) Samarinda dan anggota Jaring Penulis Kaltim (JPK). Beberapa kali menjadi juara lomba cipta dan baca puisi, baik tingkat lokal maupun nasional. Ia juga sering diundang membaca puisi di even-even sastra di Kalimantan Timur. Ia pernah mengikuti even peraduan pantun se-Asia Tenggara di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta (2008). Pernah mengikuti pertemuan sastra lintas negara Konvensi Penyair Dunia di Malaysia (2018). Menjadi peserta Muktamar Sastra di Pesantren Sukorejo, Jawa Timur (2019). Beberapa puisinya termuat dalam antologi bersama Kaos Hitam Cinta (Masyarakat Sastra Jakarta, 2009), Musibah Gempa Padang (eSastera Enterprise, Kuala Lumpur, 2009), Puisi Menolak Lupa (Obsesi Press, Purwokerto, 2010), Kalimantan Timur dalam Puisi Indonesia (Pustaka Spirit, Samarinda 2011), Kartini (KKK, Jakarta, 2012), Wangian Kembang (Konvensi Penyair Dunia, Malaysia, 2018), A Skyful of Rain (Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festival, Banjarbaru, 2018).
Photo by Ganapathy Kumar/unsplash