Subuh satu September dua ribu
Aku terkenang ibu - bukan ibuku
Ibu anak cucu - ibu guru
Lulusan pertama sekolah guru
Ia Tunjung anak Bigung
Putri pertama buka selubung
Napak tilas terus berlangsung
Banyak putri sukses beruntung
Tak mampu kata kususun
Ungkapan sejarah lama tertimbun
Hari tanggal apalagi
Fakta lama coba kubantu
Kuingat anak cucu
Teladani tekad masa lalu
Bukan mudah melangkah maju
Tekad dan pengorbanan saling menyatu
Ingat itu anak cucu
Itu modal soko guru - patut ditiru
Silakan kalau mau
Tidak, penunggu pintu
Corat-coret, Nathanael NB, 2000-2001 (manuskrip)
------------------------------------------------
Kota Simpang
Linggang Bigung Kota Simpang
Banyak orang berlalu lalang
Para pedagang karyawan tambang
Para petani pergi dan pulang
Tiap hari di bundaran tugu
Sopir dan ojek parkir menunggu
Para langganan dan orang baru
Siap diantar ke segala penjuru
Kalau ada pendatang baru
Jangan takut kehilangan waktu
Ke arah mana anda tahu
Ojek dan sopir siap membantu
Anda lapar tak usah gusar
Warung ada di sekitar tugu
Mau makan ikan bakar
Hitung dulu uang di saku
Ikan dan ayam goreng
Sesuai selera para pengunjung
Selalu disiapkan tukang warung
Sayur asam tempe goring
Motor rusak tak usah gelisah
Bengkel ada di pasar Usra
Busi mati, ban pecah
Dapat diganti dengan segera
Ban pecah mau diganti
Di Pasar Usra di simpang barat
Dapat membeli dapat mengganti
Begitu selesai anda berangkat
Penjual bensin cukup banyak
Takut kehabisan cepat dibeli
Dari Bigung sampai Melak
Belum saatnya anda mengganti
Kalau anda perlu barang
Dua pasar tempat berdagang
Pasar Nala dan Pasar Usra
Semua keperluan serba ada
Ikan sayur setiap hari
Sepeda motor silih berganti
Menjajakan dagangan pantang jemu
Pedagang sayur penjaja jamu
Beginilah Kota Simpang
Banyak etnis hidup bersama
Walau berbeda suku agama
Hidup rukun, persatuan digalang
------------------------------------------------
Napak Tilas
Tahun 1949 yang bersejarah
Anak Bigung pindah sekolah
Long Iram Tering otak diasah
Samarinda Tenggarong jadi arah
Pendidikan guru menjadi alas
Banyak dididik tunas cerdas
Samarinda Tenggarong Banjarmasin
Bagai fondasi tiang ulin
Ternyata bingung memang untung
Putra putri kembali membawa rezeki
Tidak percuma ibu mengandung
Sekolah swasta negeri jati diri
Itulah putra putri bahari
Tidak segampang saat sekarang
Mau ilmu harus berjuang
Semua keperluan cari sendiri
1/9/2000
------------------------------------------------
NATHANAEL NB. Lahir di Linggang Bigung, Kecamatan Linggang Bigung, Kutai Barat, Kalimantan Timur, 10 Juli 1936 dengan nama Iengkap Pendeta (Emr) Nathanael Nanang Bancir. Dia meninggal dunia di Linggang Bigung pada 4 Januari 2004 akibat penyakit maag dan luka lambung yang kronis. Selama hidup telah menulis puluhan karya, berupa kamus, puisi, prosa, dan naskah kebudayaan. Di antaranya Kamus Rentenukng-Indonesia 4000 Kata (2001), Secangkir Kopi, Ampelas, Menguak Tabir Isolasi, Coron g, Titian Pantun dan Syair, Lupa, Jungkir Balik Pantun dan Syair, Orang Dayak dan Hutan, Pelajaran Bahasa Rentenukng I-II, Suku Retenukng Sebelum Tahun 1949, Flora dan Fauna, Janda, Linggang Bigung “Kota Melati”, dan lain-lain.